X-Steel - Wait

Search

Type your search keyword, and press enter

Ordered List

KAMU, YANG PERTAMA

Pada yang pertama, aku pernah meletakkan beribu asa. Pada yang seharusnya paling berkesan, aku pernah menanamkan berlaksa impian. Pada setiap angan-angan, aku pernah menaruh kisah indah kita di setiap bagian. Karena harapanku pernah sebesar cinta yang pernah kita banggakan. Pada yang pertama, akhirnya aku berjabat tangan dengan cinta. Pada yang pertama, aku meletakan percaya. Pada yang pertama, disitulah ternyata kecewa bermula.

Aku tak pernah menyangka, berbangga adalah sesal yang tertunda. Sepertinya salah, jika berkali-kali demi mengatasnamakan kepercayaan aku mengalah.

Selalu ada yang pertama untuk segala hal. Termasuk diantaranya cinta, juga luka. Dan bagiku, kamulah kedua-duanya. Sebelum denganmu, tak pernah sejauh ini rasaku mau berjalan. Sebelum kehadiranmu, tak pernah sedalam ini cinta mampu kurasakan. Pun, sebelum kita bersama, belum pernah sedih mampir begitu lama.

Lalu aku teringat kata pepatah; betapa memang selalu ada beberapa keinginan yang tidak sejalan dengan kenyataan. Aku percaya pada semesta yang membawakan kesedihan, namun juga menjadi pendidik untukku bisa menerima keadaan. Walau harus sendirian aku merekatkan kembali kepingan-kepingan hati akibat kekecewaan. Walau harus sendirian aku menguatkan diri dengan berbagai dukungan yang kubuat sendiri.

Pada yang pertama, aku pernah merasakan bagaimana pahitnya cinta yang mereka rangkai dengan penuh bahagia. Mungkin lukanya terasa ganda. Kamulah penggerak pintu hati agar terbuka oleh cinta dan pemaksa hati tertutup oleh luka. Dua-duanya kucicipi lewat satu nama. 

Aku tak tahu kapan hati ini sembuh, atau malah lukanya semakin melepuh. Aku tak tahu masih adakah percaya yang bisa kuberi pada yang nanti akan mengganti setelah kecewa menggerogoti hati.
Apakah cinta begini yang dulu kau janjikan untuk kucicipi? Apa semua pemberi cinta seperti ini? Menyodori bungkusan kebahagiaan, dengan isi penuh racun pembasmi hati.

Bukan berakhir bahagia namanya, jika terus menerus kamu memberi kecewa. Padahal angan-angan terlanjur kuterbangkan begitu tinggi, menyentuh langit teratas rencana-rencana yang telah kita sepakati. Nyatanya, kamu bagaikan awal yang justru membuatku ingin mengakhiri. Kamu memperkenalkan aku manisnya cinta, kemudian mengajakku mencicipi pahitnya terluka. Sukses, aku dibuat menyesal menjadikanmu yang pertama.

Bersamamu, bahagia pernah lewat meski waktunya hanya sesaat. Bersamamu, sela-sela jemari seperti menemukan pengisi di antara namun hanya sementara. Bersamamu, rindu menemukan titik terakhirnya untuk berlabuh tapi kemudian harus kembali melangkah dengan semangat yang tak lagi utuh. 

Langkah-langkah kaki masih ingin menujumu, pertama yang juga sudah menanamkan ragu. Namun logika sudah enggan, dan ini mungkin sudah saatnya untuk kita saling melupakan; membukakan kesempatan untuk cinta yang kesekian.

 Ini batas terakhir, kepadamu cinta akan mengalir. Jika kepadamu hati hanya penuh dengan perban disana-sini, aku enggan untuk menjalani dan berharap kembali. Aku undur diri dalam menaruh peduli. Aku angkat kaki atas ruang mimpi yang belum terbenahi. Aku melepaskan jabatan untuk selalu memberi perhatian. Aku bersiap menyudahi tetes air mata yang jatuh di pipi. Jika bukan kepadamu cinta bekerja dengan sempurna, maka aku percaya hati punya ruang bagi yang benar-benar mencintainya. Mungkin dia yang akan mengembalikan senyumku lagi. 

Tersakiti adalah masa transisi untuk mendewasakan hati. Tersakiti mungkin adalah perantara bagi siklus bahagia selanjutnya. Pada yang pertama, hati telah mencicipi bermacam rasa.

KOLABORASI RASA

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkomentar dengan baik