Ada yang masih kulakukan secara sembunyi-sembunyi. Ada yang sedang
mengharapkan sesuatu yang ketiadaannya masih sanggup dimengerti. Ada
sewujud doa yang kuungkap setiap mengawali pagi, untuk ia yang belum
juga tahu tentang apa yang kulakukan setiap hari, di sini. Ada yang
kesulitan mengatur debar napas, seusai segaris bibirmu mengembang bebas.
Sebutlah aku pengaggummu.
Sebutlah aku pengaggummu.
Entah
sampai kapan namaku tak kuucapkan. Entah sampai kapan aku sebagai sosok
transparan yang memelukmu dengan doa dan harapan. Entah sampai kapan
rasa ini tak terutarakan. Entah sampai kapan aku harus menyimpan
perasaan yang tak beralaskan alasan. Rasanya dengan ketidaktahuanmu
tentang pengetahuanku tentangmu lebih baik untuk sementara waktu.
Bukan aku sama sekali tidak sedang mengharapkan, namun hanya berusaha memaklumi segala keterbatasan-keterbatasan. Bukan aku tidak ingin turut dirindukan, namun hanya menghindari hati ini dari kemungkinan dikecewakan. Karena hanya dengan melihatmu, sepertinya cukup untuk membantu menenangkan selaksa rindu yang sudah sejak lama menunggu.
Mungkin seluruh penjuru pikirmu meragu tentang seberapa besar perasaanku, tapi sungguh ini bukan sebatas rasa penasaranku. Takkan kupanjatkan doa, jika kamu tak istimewa. Mungkin menurutmu aku pengecut, tapi waktu yang tepat hanya belum menjemput.
Dari sisi yang sama sekali tidak terlihat, aku senang memandangimu sebagai suatu ciptaan yang sejak awal sudah indah terpahat. Biarkan aku mengagumimu sekuat yang aku mampu, biarkan aku mengagumimu selama yang aku mungkin. Tak perlu pedulikan sebesar apa rasa yang semestinya kaubalas, tak perlu acuhkan harus sampai sebatas apa kita hingga mampu membuatku puas.
Bukan aku sama sekali tidak sedang mengharapkan, namun hanya berusaha memaklumi segala keterbatasan-keterbatasan. Bukan aku tidak ingin turut dirindukan, namun hanya menghindari hati ini dari kemungkinan dikecewakan. Karena hanya dengan melihatmu, sepertinya cukup untuk membantu menenangkan selaksa rindu yang sudah sejak lama menunggu.
Mungkin seluruh penjuru pikirmu meragu tentang seberapa besar perasaanku, tapi sungguh ini bukan sebatas rasa penasaranku. Takkan kupanjatkan doa, jika kamu tak istimewa. Mungkin menurutmu aku pengecut, tapi waktu yang tepat hanya belum menjemput.
Dari sisi yang sama sekali tidak terlihat, aku senang memandangimu sebagai suatu ciptaan yang sejak awal sudah indah terpahat. Biarkan aku mengagumimu sekuat yang aku mampu, biarkan aku mengagumimu selama yang aku mungkin. Tak perlu pedulikan sebesar apa rasa yang semestinya kaubalas, tak perlu acuhkan harus sampai sebatas apa kita hingga mampu membuatku puas.
Karena apapun perlakuanmu, tidak akan mengubahkan aku.
Nampaknya aku terlalu malu menunjukkan perbuatanku yang diikuti ‘selalu’. Mungkin aku takut ketika suatu waktu kamu tahu, lalu seluruh perasaanku terhenti karena kamu berlalu. Menunggu hanya satu-satunya aksi statis yang menurutku begitu manis. Karena menunggu perlu kesabaran untuk mempertahankan percaya dan mengusir ragu.
Aku mungkin hanya terlalu siap untuk menerima bahwa kita bukanlah untuk menjadi nyata. Maka aku akan sembunyikan rasa yang ada selama yang aku bisa.
Nampaknya aku terlalu malu menunjukkan perbuatanku yang diikuti ‘selalu’. Mungkin aku takut ketika suatu waktu kamu tahu, lalu seluruh perasaanku terhenti karena kamu berlalu. Menunggu hanya satu-satunya aksi statis yang menurutku begitu manis. Karena menunggu perlu kesabaran untuk mempertahankan percaya dan mengusir ragu.
Aku mungkin hanya terlalu siap untuk menerima bahwa kita bukanlah untuk menjadi nyata. Maka aku akan sembunyikan rasa yang ada selama yang aku bisa.
Meski
memang selalu ada keinginan semoga kita diciptakan untuk saling
menemukan, namun aku sadar tak perlu berharap pada sebuah
ketidakmungkinan. Untuk rindu-rindu yang akhirnya berlarian menujumu
saat tatap mata kita bertemu, aku menyelipkan sekecil doa di situ.
Aku
mengagumimu tanpa suara, mungkin dalam menenangkan rindu harus dengan
cara yang sama. Meski tanpa isi hati yang bersuara, aku bukannya seorang
penipu rasa. Tapi mungkin aku telah dihadiahi porsi mengagumi dengan
cara tersembunyi.
Mungkin cinta lebih baik tersimpan dibalik saku
Tuhan, hati yang semakin jatuh perlahan dan kamu yang dipenuhi
ketidaktahuan. Mencinta itu sederhana ketika kekuatiran lelah jadi
prioritas kita.
Jangan pernah berpikir aku lelah dengan cerita
rahasia ini, karena sungguh aku menikmati peran ini. Mengagumi adalah
hal yang masih bisa kulakukan. Tak ingin bicara soal ketetapan, tapi
selama bahagia masih berdatangan seluruh cerita tinggal Tuhan yang
melanjutkan. Semoga, pengaggum rahasia diperbolehkan bahagia saat Tuhan
menghadiahi “kita”.
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar dengan baik